Jakarta - KM, Mulanya tulisan ini disusun sebagai jawaban atas
pertanyaan om krisna.imoeth via PM, sekaligus juga memecahkan persoalan
yang di alami para Plecimania.
Tema judul diatas merupakan representasi dari kegelisaan kita para
plecimania terhadap momongan kita. Ada apa gerangan dengan momongan kita
sebenarnya? Apakah setelan rawatan harian ada yang salah? Dan kenapa
hal ini bisa terjadi?
Mengintip Kehidupan Pleci di Alam (*Sekedar ilustrasi)
Pleci bukanlah burung territorial ataupun burung fighter yang hidup
dengan cara mempertahankan wilayahnya, seperti halnya dengan Murai Batu
atau burung Kacer. Ia tidak lebih merupakan sekawanan burung yang
mempunyai kebiasaan mencari makan dengan berpindah-pindah tempat dan
tinggal dimana saja ditempat yang mempunyai sumber makanan berlimpah.
Selama ia hinggap di suatu pohon, saat itu pula ia berkicau dan
berkomunikasi dengan kawanannya. Bahkan dalam petualangannyapun ia
berkicau “ngalas” sambil terbang. Begitu kabiasaan hidup pleci
sehari-hari. Hanya pada kondisi-kondisi tertentu, seperti musim kawin
dan perkembang-biakan, ia tinggal menetap dalam batas terrtentu.
Biasanya dari bulan Pebruari sampai bulan September.
Kebiasaannya di alam yang biasa hidup bebas tersebut, berubah 180
derajat ketika ia sudah berubah status menjadi burung peliharaan.
Berbagai masalahpun timbul kemudian. Burung malas untuk berkicau. Stres
yang dialami membuat Pleci harus beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Ini merupakan masalah psikologis yang harus dipahami dengan benar oleh
para Plecimania sehingga dapat menjawab masalah yang timbul.
Masalah Pada Pleci Peliharaan
Ada 2 alasan kenapa orang memelihara burung, pertama adalah untuk
sekedar sarana menyalurkan hobi, dan yang kedua karena alasan
lomba/kompetisi, yaitu karena adanya tujuan-tujuan bisnis dibalik itu.
Meskipun berbeda tujuan, tetapi mereka mempunyai keinginan dan masalah
yang sama, yaitu berkaitan dengan performa kicauan burung dan
melesetnya harapan kita selama ini tentang pleci idaman.
Untuk menjawab masalah-masalah tersebut banyak treatmen yang telah
dilakukan dari A sampai Z, sehingga pada akhirnya masalah psikologis
burung berangsur-angsur “sembuh” dan burung dapat berkicau kembali.
Tetapi lepas dari satu masalah, timbul masalah yang lainnya, yaitu suara
kicauan jauh dari harapan dan espektasi selama ini. Apalagi jika
referensi nya adalah video-video burung yang mempunyai performa dan
kicauan yang bagus yang tersebar di Internet, semakin membuat para
plecimania tidak sabar dan frustasi, apalagi bagi plecimania yang secara
reguler mengikutkan burungnya di arena lomba, atau baru pertama kali
ikut lomba. Bagimana tidak? Burung yang setiap hari dirumah bagus
berkicau-jos gandos-gacor owor-owor-bocor siang-malam, kok tiba-tiba
loyo, kerjaannya cuma lompat-lompat saja atau bersembunyi didasar
sangkar ketika di bawa ke arena lomba. Sungguh ironis dan mengesalkan
tentunya. Kenapa kondisi ini bisa terjadi?
Rawatan Harian Merupakan Kunci Sukses di Arena Lomba
Kehebatan burung berkicau di arena lomba/kompetisi dan memperoleh
predikat juara tidak lepas dari rawatan hariannya. Merawat burung
seperti Pleci harus dibekali pemahaman yang baik tentang pola makan dan
kebiasaanya di alam liar. Faktor nutrisi ini yang membuat burung tetap
sehat dan kuat, sehingga kelak rajin berkicau. Untuk tetap berkicau
perlu adanya konsistensi dalam merawatannya. Salah satunya yang
terpenting adalah pola adaptasi terus-menerus. Adaptasi yang saya
maksudkan adalah burung harus mendapat perlakuan kurang lebih mirip
dengan kondisi di alam liarnya (kurang lebih mirip dalam *Sekedar
ilustrasi yang saya jelaskan diatas).
Sekali lagi Pleci bukanlah Murai Batu atau Kacer. Burung yang mudah
berkicau saat datangnya intimidasi suara dari burung lain. Jika Murai
Batu atau Kacer performanya dapat berubah 180 derajat dilapangan
dibandingkan dirumah. Itu sudah umum terjadi. Tetapi hal ini tidak akan
pernah terjadi dengan Pleci, ia hanya mau dan berani berkicau jika ia
terbiasa dan menganggap “arena lomba” hanyalah “suasana baru” dalam
perspektifnya. Artinya apa? Artinya bahwa pemilik pleci harus secara
berkala disetiap akhir pekan membiasakan plecinya ke arena lomba.
Sehingga pleci akan terbiasa dengan kondisi dan suasana lomba. Lalu
bagaimana dengan para plecimania yang jauh dari arena lomba diwilayahnya
atau untuk mereka yang tidak mempunyai hobi membawa ke arena lomba?
Jawabnya "JANGAN KUATIR"
Untuk melatih pleci selalu dapat tampil bagus, pola yang mirip dilakukan
adalah dengan sesering mungkin merotasi gantangan yang dipakai dirumah.
Ini dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan selera anda sekalian.
Biasakan untuk menggantang pleci ditempat lalu lalang dan keramaian agar
kelak pleci mudah beradaptasi. Jeffrey Low, salah seorang penggemar
pleci asal Singapura di halaman website-nya David de Souza menulis bahwa
semakin sering anda membawa Pleci ke suatu tempat yang berbeda-beda,
akan membuat performa burung semakin baik, daripada hanya menggantang
pleci hanya di suatu tempat saja, tidak akan membuat pleci anda ke level
Top Perform (Puncak Performa) burung tersebut. Lebih jauh ia
menyarankan agar kemana pun anda berada (jika mempunyai cukup waktu),
bawalah ke tempat nongkrong anda baik di kedai kopi, pos ronda, ke
tempat kerabat atau keluarga, saat menunggu anak pulang sekolah atau ke
tempat biasa anda sering berkunjung. Biasakan pleci ikut berpetualang
seperti kehidupannya di alam liar yang sering berpindah-pindah tempat.
Saran dari Jefrey Low, bisa direkomendasikan karena saya sendiri pernah
membaca artikel yang isinya kurang lebih sama yang dialami oleh seorang
plecimania asal Vietnam yang selalu membawa beberapa plecinya kemana
pun ia pergi. Dan herannya pleci-pleci miliknya tersebut, tidak pernah
berhenti berkicau meskipun banyak orang mengerumuninya dijalan. (saya
sedang mencari artikel sumbernya tetapi link-nya belum belum saya
temukan). Sedangkan contoh kasus lainnya adalah seorang plecimania yang
membuka kedai kopi, yang diatas ruangan out door kedai kopi-nya,
tergantung semua burung pleci miliknya sehingga suara kicauanya dapat
menghibur pengunjung kedai kopi tersebut. Silahkan baca link-nya dengan klik sini.
Contoh kasus yang kedua mungkin kurang tepat, tetapi hal itu merupakan
usaha untuk menciptakan suasana “lomba/kompetisi” agar pleci dapat
terlatih mentalnya di keramaian.
Upaya untuk mengajak atau membawa-bawa Pleci travelling patut
diapresiasi sebatas untuk meningkatkan performa burung itu sendiri.
Upaya tersebut jangan ditanggapi dengan apriori atau nada yang
stereotif. Untuk satu burung saja sepertinya begitu ribet (susah
urusannya), apalagi mempunyai 10 pleci. So kenapa kita mesti merasa
ribet jika hasilnya positif. Selamat mencoba.
Semoga tulisan ini bermanfaat. (Promoted to artike by cj)
sumber : http://www.kicaumania.or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar